KETELADANAN, INTEGRITAS & MORALITAS MENUJU INDONESIA EMAS 2045 Oleh: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pengamat Politik, Demokrasi, Hukum & Ketenagakerjaan)

 "Memang benar bahwa integritas saja tidak akan menjadikan Anda seorang pemimpin, tetapi tanpa integritas Anda tidak akan pernah menjadi seorang pemimpin." - Zig Ziglar

    Bangsa ini terkenal dengan keramah-tamahan, gotong-royong dan religiusitasnya di dunia internasional. Negeri "gemah ripah loh jinawi" ini memiliki akar tradisi dan budaya penuh dengan kebersamaan, ketulusan, kelembutan hati dan menerapkan nilai2 ajaran agama secara turun-temurun. 

    Namun, dimensi2 positif nilai2 ketimuran tersebut makin hari makin tergerus oleh budaya individualisme ala barat (western life) dan model kehidupan liberalisme yang lebih memuja dan mengagungkan kebebasan yang sering kebablasan. 

    Parahnya, budaya asli nusantara yang luhur tersebut tercerabut dari akarnya di hampir seluruh lini kehidupan di semua pelosok nusantara. Wajah asli Indonesia sudah mulai memudar, bergeser menuju wajah individualistik yang mementingkan diri sendiri atau kelompok, tanpa menghiraukan kerugian dari kepentingan orang lain.

    Nilai2 keteladanan yang seharusnya diwariskan oleh kaum elite politik dan pemimpin negeri ini terasa makin langka. Mereka terjebak dalam budaya hedonisme, pragmatisme dan kemunafikan yang begitu "telanjang". Nilai2 moralitas yang begitu luhur, seperti kejujuran & keadaban tinggi yang menjadi aspek penting dalam falsafah dasar negara Pancasila, makin jauh dari bagian kehidupan sosial.

    Pragmatisme sempit yang hanya befokus pada hasil tanpa mengindahkan proses, telah menjadi tradisi dalam meraih cita2. Contoh sederhana saja, mengejar titel akademik secara instan dengan berbagai cara yang menyalahi prosedur yang benar, merupakan hal lazim di masyarakat sebagian kaum intelektual kita. 

    Menjadi Pejabat melalui jalur suap dan sogokan, menjadi sebuah rahasia umum yang tak terbantahkan. Mewujudkan mimpi menjadi Anggota Legislatif ataupun Kepala Daerah melalui Pilkada dengan membagi-bagikan uang melalui "serangan fajar", menjadi sebuah keharusan yang sudah lumrah dan sah2 saja. Begitu pula unruk masuk sekolah negeri, PTN ataupun meraih status ASN, harus menyiapkan uang pelicin, juga sudah merupakan kelaziman yang umum.

    Lantas, apa yang salah dengan sistem kehidupan sosial, budaya dan moralitas anak bangsa yang makin melenceng jauh dari nilai2 kebaikan, etika dan keadaban ketimuran yang sangat terkenal itu?

DARURAT ETIKA & MORALITAS

    Istilah etika dan moralitas sering kali dianggap sama, sehingga penggunaan untuk istilah etika dan moral pun sering tertukar. Padahal, kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Etika dan moral adalah istilah yang biasa digunakan sebagai pedoman yang dianut oleh seseorang maupun kelompok dalam menjalani kehidupan, agar masyarakat dapat hidup dengan baik serta teratur.

    Keterkaitan kedua istilah ini, membuat banyak orang menganggap bahwa etika dan moral adalah istilah yang sama dan memiliki pengertian yang sama. Akan tetapi, etika dan moral memiliki beberapa perbedaan mendasar. Agar tidak salah menggunakan istilah etika dan moral lagi, mari kita pahami pengertian etika dan moral berikut ini lengkap dengan perbedaannya.

    Etika adalah ilmu pengetahuan yang membahas mengenai problema tingkah laku maupun perbuatan manusia (Aristoteles, 384-322 SM). Secara bahasa, kata etika berasal dari bahasa Yunani dari kata ethos yang artinya adalah tampak dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini, yang menjadi perspektif objeknya ialah sikap, perbuatan serta tindakan manusia.

    Pengertian etika secara khusus merupakan ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu individu dalam lingkungan pergaulan yang kental dengan peraturan dan prinsip terkait dengan tingkah laku yang dianggap benar.

    Etika secara umum dapat diartikan sebagai norma, aturan, kaidah atau tata cara yang biasanya digunakan sebagai suatu pedoman atas asas seorang individu dalam melakukan perbuatan maupun tingkah laku.

    Penerapan dari norma ini erat kaitannya dengan sifat baik maupun buruk seorang individu di dalam masyarakat. Dengan begitu, maka etika dapat diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan tentang baik dan buruknya dan kewajiban, tanggung jawab dan hak baik secara sosial atau moral pada setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat.

    Etika juga dapat didefinisikan sebagai nilai yang berhubungan dengan akhlak individu yang berkaitan dengan benar dan salahnya. Ada pula banyak jenis etika yang dapat dijumpai di lingkungan sekitar. Contohnya seperti etika berteman, etika kerja atau profesi, etika dalam rumah tangga dan lain sebagainya.

    Setiap orang tentunya harus memiliki etika, sebab etika sangat dibutuhkan untuk bersosialisasi yang menjembatani kondisi dalam kehidupan bermasyarakat. Contohnya, etika yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari serta sekitarnya yaitu dengan mengucapkan salam ketika bertamu ke rumah orang lain.

    Contoh lainnya adalah mengucapkan permintaan maaf ketika berbuat kesalahan dan mengucapkan terimakasih ketika seseorang telah bersedia membantu maupun menolong kita.

    Pengertian Moral dari sejumlah Pakar, adalah hasil ciptaan manusia yang dihasilkan melalui unsur kebudayaan dan agama. Moral berkaitan erat dengan nilai yang diajarkan oleh agama. Kaitannya dengan kebudayaan, di mana setiap budaya memiliki acuan moral yang berbeda berdasarkan pada sistem nilai sosial yang berlaku serta dikonstruksikan sejak lama.

    Moral menjadi acuan secara hukum perilaku yang diterapkan pada setiap individu ketika bersosialisasi maupun berinteraksi dengan individu lainnya, sehingga akan terjalin rasa saling menghormati serta menghargai antar sesama manusia.

    Secara mendasar, moral bersumber dari nilai mengenai suatu kebaikan dan kemudian diwujudkan menjadi bentuk tindakan seseorang. Jadi, suatu moral dapat melekat dengan erat pada nilai dari perilaku tersebut.

    Dalam kehidupan, tidak ada perilaku seseorang yang terlepas dari peran nilai. Proses dari penyadaran moral dalam kehidupan berjalan secara bertahap, dimulai dengan interaksi sosial dilingkungan yang memiliki perintah, larangan, ancaman atau bahkan celaan dan adanya sebab akibat yang timbul akibat perbuatan seseorang yang mungkin dapat menyenangkan maupun mengecewakan.

    Dalam realitas sosial, masyarakat menyadari bahwa setiap tindakan maupun perbuatan yang dilakukan itu pastinya akan berdampak pada kehidupan. Dalam hal ini, penting untuk berpedoman pada moral serta berinteraksi dengan orang di sekitar.

    Jadi, moral dimaknai sebagai ajaran tentang baik atau buruknya suatu perbuatan maupun perilaku dan berkaitan erat dengan akhlak yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam kehidupan, ada indikasi bahwa seseorang dianggap bermoral, jika memiliki kesadaran untuk menerima dan melaksanakan peraturan yang berlaku, lalu bersikap maupun bertingkah laku yang sesuai dengan nilai moral yang dijunjung tinggi dalam masyarakat.

    Moral juga dapat diartikan sebagai suatu pedoman perilaku yang diterapkan pada setiap individu untuk dapat bersosialisasi dengan individu yang lainnya, sehingga akan terjalin rasa saling menghormati serta menghargai sesama manusia.

    Kembali ke judul tulisan ini, jika keteladanan dan integritas menjadi masalah utama dalam kehidupan masyarakat kita, tentu saja ini sebagai konsekwensi logis dari rendahnya etika dan moralitas kaum elite dan pejabat negara.

    Keteladanan dan integritas hanya bisa diwujudkan, jika implementasi etika dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari elite politik kita benar2 konsisten dan konsekwen. Peran dan fungsi Pemimpin beserta elite politik untuk menjadi teladan di masyarakat, sangat penting. Jika "sapu kotor" membersihkan lantai, sudah pasti tujuan utama kebersihan tak akan dicapai, karena "kekotoran" itu tak akan bisa membuat sesuatu menjadi bersih.

    Diperlukan gerakan revolusi mental yang terstruktur, sistematis dan masif untuk merubah budaya buruk akibat rendahnya kualitas etika, integritas dan moralitas kaum elite dan pemimpin bangsa.

    Pola rekrutmen dan seleksi calon pemimpin2 bangsa harus juga dievaluasi, agar benar2 mendapatkan sosok2 pemimpin yang berintegritas, beretika dan bermoral. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci utama (key factor) dalam merealisasikan tujuann cita2 bersama. 

    SDM yang direkrut dan diseleksi dengan sistem yang salah dan penuh dengan KKN, jangan berharap cita2 dan target Indonesia Emas 2045 akan terwujud. Kita jangan terjebak dengan jargon2 politik kosog tanpa diisi dengan sistem dan perencanaan matang & profesional untuk meraih target Indonesia Emas 2045. Jangan2 IMPIAN INDONESIA EMAS 2045 akan menjadi MIMPI INDONESIA CEMAS 2045!

Bekasi, 18 September 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANIES, KOALISI BESAR & MASA DEPAN DEMOKRASI KITA Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Hukum & Demokrasi)

POLITIK, PEMIMPIN & PANUTAN Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)

TRAGEDI POLITIK ANIES & TIRANI PARPOL Oleh: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)