PROGRAM MAKAN SIANG: URGENSI VS SKALA PRIORITAS Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM
"Saat kamu mengambil keputusan, fokuslah dengan diri sendiri, baru kemudian pikirkan orang lain." Anonim
Belum resmi dan final pengumuman KPU terkait hasil perhitungan suara Pemilu dan Pilpres 2024, kehebohan program makan siang yang dijadikan "janji manis" Paslon 02 pada kampanye lalu mengalahkan berita2 utama lain di dalam negeri akhir2 ini.
Tampaknya, janji2 manis makan siang gratis ini menjadi andalan Paslon 02 yang harus segera diprioritaskan untuk dilaksanakan. Konon kabarnya, program makan siang gratis itu meniru model yang sudah dilaksanakan di sejumlah negara seperti India, Singapura, Malaysia, dll.
Seperti sudah yakin untuk menjadi Presiden dan Wapres pada periode 2024-2029, issue ini langsung masuk agenda sidang kabinet Presiden Jokowi. Kabarnya, program makan siang ini dibahas dalam rapat kabinet tersebut. Padahal, keputusan final hasil Pemilu dan Pilpres 2024, baru akan diumumkan KPU sesuai aturan yang berlaku, pada 20 Maret 2024.
Berdasarkan informasi di sejumlah media massa arus utama, ternyata pelaksanaan program makan siang gratis ini baru bisa dilaksanakan mulai 2025. Program inipun tak akan diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. Prioritas program makan siang ini diperuntukkan untuk wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Program ini dilaksanakan secara bertahap mulai 2024 dan baru akan terlaksana 100% pada 2029.
Lalu, apa urgensi program makan siang ala Prabowo-Gibran ini ditengah-tengah keuangan negara yang masih sulit, defisit dan masih banyak diprioritaskan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan pendidikan masyarakat?
Perlukah program makan siang yang akan menelan biaya ratusan triliun rupiah ini dilaksanakan disaat begitu banyak anak putus sekolah di sejumlah pelosok negeri?
Mana yang lebih penting membangun sarana, prasarana serta pendidikan gratis dibandingkan program makan siang yang belum mendesak dilaksanakan?
Benarkah program yang terkesan tanpa perencanaan matang serta strategi yang jelas ini dibuat secara dadakan untuk kepentingan politik pragmatis meraih jabatan Presiden 2024?
EFEK PRAGMATISME POLITIK
Sangat terlihat program makan siang gratis ala Prabowo-Gibran ini hanya mencari popularitas dan simpati murahan kaum pemilih yang mayoritas memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah. Dengan anggaran biaya yang sangat besar sekitar 460 triliun rupiah, program ini tak akan memberikan dampak apapun kepada peningkatan kualitas hidup dan pendidikan anak2 usia sekolah di Indonesia.
Program makan siang gratis ini lebih berfokus kepada penyediaan makan siang yang justru banyak menguntungkan unit2 bisnis baru yang akan meraup untung besar dari program makan siang ini. Belum lagi efek KKN yang ujung2nya bisa menurunkan kualitas menu makan siang tersebut.
Dengan jumlah siswa puluhan juta orang di seluruh Indonesia, tentu saja program ini membutuhkan dana luar biasa besar. Sementara disisi lain, program pendidikan gratis 12 (dua belas) tahun di seluruh Indonesia belum terlaksana dengan baik dan merata.
Kita butuh peningkatan pendidikan generasi muda yang merata daripada penghamburan dana negara untuk program2 yang tidak memberikan dampak positif jangka panjang. Peningkatan mutu dan menu makan siang siswa2 bisa dibuatkan skema tersendiri, bahkan jika income per kapita masyarakat meningkat, justru akan berdampak langsung kepada kualitas kehidupan rata2 masyarakat.
Fondasi utama peningkatan kualitas rakyat Indonesia adalah pendidikan dan ekonomi kerakyatan. Pemerataan pendidikan secara proporsional dan adil, akan memberikan dampak langsung positif kepada peningkatan perekonomian rakyat secara keseluruhan.
Penggunaan sistem prioritas dalam menggunakan uang rakyat, harus benar2 dilakukan secara rasional, logis dan berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Maka dari itu, evaluasi kembali program2 berbiaya sangat besar yang belum masuk skala prioritas disaat dana APBN sangat terbatas bahkan mengalami defisit cukup signifikan!
Hentikan program2 pragmatis yang tak memberikan manfaat jangka panjang untuk peningkatan kualitas hidup rakyat! Janji2 kampanye dengan jargon2 praktis-pragmatis yang menina-bobokan penderitaan rakyat banyak untuk sesaat, justru menunjukkan materi kampanye para Paslon Presiden-Cawapres tidak memiliki perencanaan dan strategi jangka panjang yang akan memberikan dampak positif terhadap kualitas dan daya saing SDM Indonesia.
Bekasi, 05 Maret 2024
Komentar
Posting Komentar