PRAGMATISME POLITIK KITA: IDEALISME TERGADAIKAN, ETIKA TERABAIKAN Penulis: Dr. Yosminaldi, SH. MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)

 "Kebijakan dibuat untuk kepentingan rakyat. Tapi lebih banyak kepentingan pembuat kebijakan telah membunuh rakyat" -  Anonim

Hiruk-pikuk dunia politik negeri ini menjelang Pemilu dan Pilpres 14 Februari 2024 makin meledak-ledak. Hari2 kita hampir diselimuti gaung dinamika politik yang anomali. Perseteruan antar kubu Paslon Capres-Cawapres makin meruncing. Perdebatan sengit di forum resmi KPU berlanjut ke ranah publik. Masing2 Capres-Cawapres berbalas pantun saling membenarkan argumentasi di acara debat. 

Dalam setiap pidato kampanye setelah arena debat, aroma konflik tetap bergema dihadapan pendukung masing-masing. Dendam kesumat tak bisa ditahan. Padahal materi debat yang sesungguhnya sangat substansial itu harusnya disanggah dengan data2 lengkap. Namun sungguh sangat disayangkan, sentimen pribadi menyeruak dalam forum terhormat itu. Walhasil, karakter asli masing2 Capres-Cawapres "terbongkar" habis didepan publik. 

Kedewasaan dan kematangan dalam beradu argumentasi belum tertanam jauh dihati mereka. Aura "power syndrome" melekat dihati, seperti milik sendiri. Padahal, kekuasaan cuma sebuah amanah yang harus bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Jabatan publik bukan sebuah warisan. Jabatan itu sejatinya sebuah penugasan negara melalui sistem demokrasi. 

Namun, kekuasaan telah menjadikan mereka lupa daratan. Rakyat hanya dijadikan bancakkan politik lima tahunan. Segala gimik politik disebar demi mendapatkan simpati. Tak perlu lagi mempedulikan etika. Sepanjang tak melanggar hukum, walau secara keadaban diterabas, rencana tetap dijalankan sesuai harapan. 

Inilah yang dinamakan demoralisasi  etika politik. Segala cara dihalalkan demi meraih kekuasaan - meminjam terminologi Machiavellian. Hukumpun dipreteli demi sebuah warisan kekuasaan. Cita2 reformasi makin menjauh. Kerakusan dan ketamakan menjadi makanan sehari-hari kaum elite berkuasa. 

Parahnya, mereka tak lagi adu gagasan. Sebuah konsep yang menjadi landasan awal untuk sebuah keberlanjutan, perubahan dan perbaikan. Substansi debat tak lagi menjadi prioritas. Pencitraan kosong menjadi andalan  menarik simpati publik.

POLITIK NIR-ETIKA

Etika dan moralitas harus menjadi acuan utama dalam sebuah kompetisi. Makanya dalam rivalitas olah-raga, nilai2 sportifitas menjadi budaya utama. 

Dalam kompetisi olah-raga, aturan wajib dipatuhi. Wasit berperan optimal dan maksimal. Kalah dan menang menjadi sebuah kenyataan. Perseteruan dan perlawanan hanya sebatas pertandingan dan perlombaan. Habis itu, mereka saling bergandengan tangan. Sang pecundang wajib menghormati pemenang. The winner tak boleh arogan. Kompetisi hanya sebatas ranah arena. 

Persahabatan kembali menyeruput alam nyata dan kehidupan. Itulah jiwa dan aura keolah-ragaan. Tak ada kebencian. Tak ada dendam. Semua berjiwa besar menerima kenyataan. 

Anehnya, politik bak jauh api dari panggang. Semua serba kemunafikan. Tipu2 segala cara menjadi budaya kaum elite yang katanya negarawan. Lain penampilan didepan publik, beda sikap belakang panggung. Karakter hipokrisi menjadi jiwa kaum politisi. Kemunafikan sebuah keharusan. 

Inikah yang dinamakan dunia politik? Pantas saja negeri ini tak pernah bisa matang, dewasa, maju dan berjaya. Elite politik tak pernah terbuka. Mereka telah terjerumus mitos hitam politik yang menghalalkan segala cara. Walhasil, etika buruk ini menjadi warisan turun-temurun ke generasi muda kita. Mereka terkontaminasi noda pekat politik yang berkelindan hipokrisi. 

Kejujuran menjadi barang langka. Integritas hanya retorika. Masa depan bangsa ini bisa makin nelangsa dengan tak lagi menjunjung tinggi etika. Selamat tinggal era Bung Hatta dan Hoegeng yang menjadi panutan bangsa. Selamat datang politik nir-etika demi meraih kuasa. Kekuasaan memang syahwat tak bertepi. Nafsu terdalam dari kebejatan manusiawi. Semoga kita mendapatkan Pemimpin bangsa yang berhati-nurani dan menjadikan amanah sebagai panduan membangun negeri nan gemah ripah loh jinawi.

Bekasi, 13 Januari 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANIES, KOALISI BESAR & MASA DEPAN DEMOKRASI KITA Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Hukum & Demokrasi)

POLITIK, PEMIMPIN & PANUTAN Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)

TRAGEDI POLITIK ANIES & TIRANI PARPOL Oleh: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)