PECAH KONGSI MEGA-JOKOWI: SELAMAT TINGGAL CEBONG-KAMPRET? Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Kompetisi Politik & Demokrasi)

 Dinamika politik negeri ini makin hari menjelang Pemilu dan Pilpres 2024 makin "hot dan menggairahkan". Setelah Gibran dideklarasikan sebagai Cawapres oleh Kubu Prabowo, berlanjut dengan pernyataan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dibawah komando Kaesang untuk bergabung mendukung pasangan Prabowo-Gibran. 

Artinya, Jokowi sekeluarga secara jelas dan gamblang memberikan sinyal tegas untuk berpisah dengan PDIP dan secara total berada dibawah "payung" Koalisi Prabowo yang berjumlah 8 Parpol tersebut. Peta politik nasional berubah secara signifikan. 

Setelah berkuasa 2 periode sebagai Presiden dan tak lagi bisa dilanjutkan sesuai bunyi konstitusi negara, Jokowi mengeksekusi strategi cerdasnya tanpa rasa takut bahkan tanpa malu. Kaesang dipasang sebagai Ketum PSI untuk persiapan matang mengarungi "samudera politik" setelah pemilu dan pilpres 2024. Gibran diberikan "karpet merah" nan mulus melalui putusan MK yang dipimpin sang Paman Usman agar bisa melanjutkan kekuasaan sang Ayah. 

Megawati meradang. Petugas Partai yang tadinya diharapkan bisa meninggalkan masa jabatan Presiden di periode terakhir dengan santun dan penuh rasa berterima kasih, malah membuat manuver politik yang tak diduga sebelumnya. Jokowi dengan sangat berani dan penuh risiko, merangkul total kubu Prabowo untuk tujuan keberlangsungan program kerja dan pengaruhnya pada periode kepemimpinan nasional berikutnya. 

Pertikaian kubu Prabowo dan kubu Ganjar tak terelakkan. Komando Megawati atas Jokowi lepas sudah. Walaupun secara resmi Gibran dan sang Ayah masih terdaftar sebagai kader dan Petugas Partai PDIP, mereka tanpa tedeng aling2 berbalik arah bergabung dengan poros koalisi Prabowo. Perkongsian di internal PDIP berantakan. 

Artinya, satu koalisi besar yang dikomandoi Jokowi di kabinet dan parlemen terpecah menjadi dua. Dengan kata lain, group Cebong terbelah dan satu sama lain menjadi pesaing politik. Poros dibawah pimpinan Megawati mendukung pasangan Capres-Cawapres Ganjar & Mahfud MD. Sedangkan poros lainnya dibawah komando Prabowo yang disokong Jokowi, menjagokan pasangan Prabowo - Gibran. Bagaimana prospek kompetisi Pilpres 2024 nanti? Apakah pecah kongsi kubu Megawati - kubu Jokowi benar2 sebuah masalah serius atau hanya skenario politik? Apa dampaknya terhadap kubu AMIN?

STRATEGI BLUNDER JOKOWI

Kekuasaan itu memabukkan. Kekuasaan itu lupa daratan dan lupa diri. Itulah kata2 yang tepat untuk Jokowi sang Presiden. Setelah berkuasa hampir 10 tahun alias dua periode, Jokowi tampak gusar. Manuver perpanjangan 3 periode masa jabatan Presiden gagal total. Jokowi sangat berharap program2 mercu suar yang sudah dilaksanakan, jika tidak dilanjutkan oleh pengganti yang pro kepada dia secara politik, bisa jadi akan berhenti. 

Berbagai strategi diupayakan Jokowi agar rencana2 jangka panjang tersebut tetap berlanjut, walaupun dia tidak lagi berkuasa nanti. Walhasil celah hukum digunakan untuk bisa mewujudkan cita2 dia. Keberadaan sang adik ipar sebagai Ketua MK dimanfaatkan bak aji mumpung. 

MK sebagai lembaga pengadilan tertinggi untuk me-review isi UU terhadap konstitusi negara, diperalat melalui penambahan frasa2 normatif yang seharusnya menjadi kewenangan lembaga legislatif. Tindakan2 dan manuver2 politik & hukum untuk usaha "memperpanjang" kekuasaan terlihat sangat vulgar. 

Walaupun tak terlihat melanggar hukum, namun secara etika dan keberadaban secara politik, telah terjadi pelanggaran moral yang kasar. Jokowi terus merangsek. Kubu Prabowo dengan solid, segera akan melakukan pendaftaran Prabowo-Gibran sebagai Capres-Cawapres 2024. 

Akan banyak dinamika2 manuver politik diluar prediksi publik akan muncul. Sisa waktu menjelang Pemilu dan Pilpres 2024 tinggal 3 bulan lagi. Kompetisi ketiga poros pendukung Capres-Cawapres 2024 makin ketat. Pastinya, polarisasi dua kubu yang saling konfrontatif antara gang Cebong dan gang Kampret seperti Pilpres 2014 dan 2019 lalu, tak akan ada lagi menjelang Pemilu dan Pilpres 2024. 

Dengan pecah kongsi ini, secara otomatis terbentuk tiga poros politik yang secara relatif memiliki kekuatan dan pendukung fanatik yang berimbang, yakni Poros Ganjar-Mahfud (GAMA), Poros Anies-Muhamin (Amin) dan Poros Prabowo-Gibran. Sudah pasti secara kasat mata pasangan Prabowo-Gibran yang didukung Jokowi yang masih resmi sebagai Presiden, akan banyak mendapatkan keuntungan politis, materi dan diplomasi menuju Pemilu dan Pilpres 2024. 

Dengan kekuasaan resmi alias "incumbent" sebagai Presiden, Jokowi bisa mempengaruhi dan menggerakkan lembaga atau institusi negara demi kepentingan kubu yang dia dukung. Tinggal kita menunggu kenetralan KPU dan Bawaslu sebagai wasit dan pengawas Pemilu dan Pilpres 2024 untuk mengatur dan mengawal secara berintegritas, adil, jujur dan profesional. Tak ada cara lain agar hasil Pemilu dan Pilpres 2024 berjalan mulus, lancar dan sukses tanpa konflik berarti selain semua pihak mengawal prosesnya tanpa intervensi kekuasaan dan kecurangan2. Hormati suara rakyat, perhatikan aspirasi rakyat dan jalankan amanah rakyat, demi masa depan Indonesia yang lebih adil, lebih maju, lebih sejahtera dan lebih beradab.

"Berada dalam politik seperti menjadi pelatih sepak bola. Kamu harus cukup pintar untuk memahami permainan, dan cukup bodoh untuk berpikir itu penting."- Eugene McCarthy.

Bekasi, 24 Oktober 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANIES, KOALISI BESAR & MASA DEPAN DEMOKRASI KITA Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Hukum & Demokrasi)

POLITIK, PEMIMPIN & PANUTAN Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)

TRAGEDI POLITIK ANIES & TIRANI PARPOL Oleh: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)