DUET ANIES-MUHAIMIN: MANUVER ATAU PELANGGARAN ETIKA POLITIK? Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Etika Politik)

 Manuver2 Politik Parpol2 Peserta Pemilu dan Pilpres 2024 makin dinamis dan menarik. Pergantian anggota koalisi silih berganti untuk mendapatkan kesamaan visi dalam menetapkan Capres dan Cawapres di Pilpres 2024. 

Tiga poros koalisi yang masing2 menjagokan "Trio GAP" alias Ganjar-Prabowo-Anies yang memiliki elektabilitas tinggi, saling mencari teman koalisi untuk memperkokoh kekuatan tim koalisi untuk meraih tujuan bersama: memenangkan Pilpres 2024.

Manuver "lompat pagar" tanpa komunikasi dengan teman satu koalisi, sepertinya sudah  dianggap sebagai hal yang lumrah, wajar dan normal dalam politik praktis. Seolah-olah perpindahan parpol ke koalisi lain (padahal koalisinya sdh disepakati tertulis) sudah menjadi sebuah kebenaran dalam manuver politik. 

Komitmen, kesepakatan dan kolaborasi yang dituangkan dalam sebuah kesepakatan tertulis antar parpol bisa dilanggar semau gue dengan mencari "teman baru" demi kepastian masa depan politik. Etika dan moralitas politik dicampakkan seperti barang tak bernilai. 

Mereka merasakan dan mengimplementasikan jargon "Politik adalah kepentingan" sebagai sebuah keniscayaan. Jika koalisi tak memberikan dampak dan efek pasti jangka pendek, bisa langsung beralih dan membentuk koalisi baru tanpa "ba-bi-bu" ke teman koalisi lama. 

Contoh jelas dan pasti, terlihat terang pada eksistensi dan soliditas Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mudah "dikhianati" oleh salah satu Parpol untuk mendapatkan peluang politik jangka pendek demi merebut hati salah satu ormas Islam terbesar di negeri ini. 

Disisi lain, parpol se-koalisi kaget bukan kepalang ditinggal mendadak oleh parpol teman satu koalisi. 

Inilah wajah bopeng demokrasi dan politik di negeri ini sekarang, tak lagi memperhatikan etika, fatsoen dan moralitas dalam melakukan manuver2 politik. Komitmen yang sudah disepakati secara tertulis, dengan mudah dan tanpa rasa bersalah dilanggar tanpa rasa ewuh pakewuh.

Preseden2 politik tersebut, sungguh sebuah tragedi politik yang tak memberikan pembelajaran yang positif untuk generasi muda penerus cita2 bangsa dalam implementasi politik praktis. Mereka pasti bertanya-tanya, inikah model dan teladan berpolitik praktis sesungguhnya yang akan diwariskan kepada kami generasi muda? 

Politik yang tanpa ragu dan merasa berkhianat terhadap teman se-koalisi, salah satu anggota tim koalisi melakukan "selingkuh" politik yang vulgar dan secara telanjang merusak citra & sistem politik Indonesia yang sedang dibangun.

Bukankah justru seharusnya para elite politik bisa memberikan pembelajaran berpolitik yang lebih elegan, beretika dan menghormati komitmen serta kesepakatan yang sudah dibuat bersama?

ETIKA DALAM POLITIK

Etika adalah nilai-nilai moral yang menjadi pedoman bagi manusia dalam menentukan mana yang baik dan buruk. 

Dalam konteks perpolitikan masa kini, etika merupakan pedoman bagi para politikus dan penyelenggara negara untuk melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi yang buruk. Etika politik juga dapat dijadikan sarana untuk merefleksikan kualitas moral para politikus dan penyelenggara negara. 

Dengan demikian, pemerintah dan politikus dapat menciptakan program kebijakan yang berpihak pada rakyat demi mencapai kesejahteraan bersama. 

Selain itu, etika politik perlu dimiliki oleh pemerintah dan politikus agar terhindar dari sikap mementingkan diri sendiri dan kelompoknya Mantero, Rikardus, 2020).

Etika politik adalah hal yang paling penting dan dibutuhkan dalam setiap kondisi, baik itu dalam kondisi normal, tertib, tenang maupun kacau. 

Dalam kondisi kacau, etika politik akan menumbuhkan mekanisme berbicara dengan otoritas, atau dengan kata lain, betapa pun kasar dan tidak santunnya suatu politik, setiap tindakannya tetap membutuhkan legitimasi politik.

Etika politik adalah praktik pemberian nilai terhadap tindakan politik dengan berlandaskan kepada etika (Handoyo E, et all 2016). Etika sendiri sering disamakan dengan moral. Sebenarnya etika merupakan cabang dari filsafat yang di dalamnya mencakup filsafat moral atau pembenaran-pembenaran filosofis. 

Etika dan moral memiliki perbedaan dari segi perspektif dan esensi pengertiannya. Moral merupakan ajaran tentang perilaku baik dan buruk yang berperan sebagai panduan bertindak manusia.

Sementara etika adalah cabang filsafat yang menyoroti, menganalisis dan mengevaluasi ajaran-ajaran tersebut, tanpa perlu mengajukan sendiri tentang ajaran yang baik dan buruk (Prasojo, Aditya - 2021).

Etika politik dikatakan mengambil peran dalam budaya politik jika memiliki kemampuan untuk mengendalikan lembaga-lembaga dan mekanisme politik. Manfaat dari etika politik adalah terjaganya pergaulan politik yang bersifat harmonis.

Mengikuti dinamika politik yang berkembang dengan cepat pada saat ini, peran dan implementasi etika politik sangat dibutuhkan dan harus dikedepankan, agar tercipta keharmonisan dalam relasi antar tokoh dan partai politik.

Mungkin saja dari sisi manuver politik, para Politikus menganggap segala cara, daya dan upaya dalam manuver politik sebagai sebuah keniscayaan dalam dunia politik. Namun, pelanggaran komitmen yang sudah disepakati bersama secara formil (tertulis), tentu saja melanggar etika, kesantunan dan akal sehat dalam berpolitik praktis. 

Walaupun secara substantif tak ada pelanggaran legal-formal, namun "pembelokkan" perilaku politik atas kesepakatan yang sudah  menjadi pedoman bersama, tentu saja merusak nilai2 etika dan moralitas politik yang sedang dibangun.

Tantangan bangsa ini kedepan tidak saja meningkatkan kompetensi, edukasi dan kesejahteraan anak bangsa agar bisa bersaing secara global, namun harus bisa mengajarkan, mendidik serta mewariskan nilai2 etika, moralitas dan kesantunan berpolitik yang elegan kepada generasi muda yang akan melanjutkan cita2 pendiri bangsa.

Pembentukan watak, karakter, pola pikir dan etika, adalah modal awal untuk menciptakan mentalitas dan moralitas mumpuni anak bangsa meraih cita2 menuju Indonesia emas 2045. 

Semoga "tragedi politik" yang menpertontonkan manuver2 penjungkir-balikkan akal sehat, etika dan moralitas yang hidup di masyarakat tersebut, bisa menjadi pembelajaran bagi generasi muda untuk berpolitik yang ber-etika dan menjunjung tinggi komitmen yang sudah disepakati bersama.

"Politisi tidak pernah percaya atas ucapannya sendiri. Mereka justru terkejut bila rakyat mempercayainya."- Charles de Gaulle.

Bekasi, 09 September 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANIES, KOALISI BESAR & MASA DEPAN DEMOKRASI KITA Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Hukum & Demokrasi)

POLITIK, PEMIMPIN & PANUTAN Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)

TRAGEDI POLITIK ANIES & TIRANI PARPOL Oleh: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)