PENCALONAN KAESANG MENJADI WALIKOTA DEPOK: KADERISASI PARPOL TAK JALAN? Oleh: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pengamat Ketenagakerjaan, Hukum & Sosial-Politik)
Kita kembali "dikagetkan" dengan pencalonan Kaesang sebagai Walikota Depok Oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Tak ada yang salah dalam pencalonan tersebut. Di negara bersistem Demokrasi seperti di Indonesia, adalah normal, wajar sah-sah saja setiap Parpol berinisiatif mencalon seseorang untuk menduduki Pejabat Publik.
Namun, pencalon Kaesang yang belum punya pengalaman di politik dan masih relatif muda serta belum matang dan dewasa untuk menjabat posisi Walikota Depok yang sangat kompleks dan memiliki banyak problematik sebagai salah satu kota satelit DKI Jakarta, sungguh sebuah tindakan yang tidak memberikan edukasi politik kepada masyarakat.
Kita menghormati dan menghargai hak politik Kaesang untuk dicalonkan oleh sebuah Parpol yang bersama Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Namun, sungguh PSI dalam mencalonkan Kaesang sebagai Walikota Depok, hanya mendasarkan kepada popularitas dan status yang bersangkutan sebagai anak Presiden RI.
Pencalonan anak Pejabat menjadi Pejabat Publik, sebenarnya sudah sering sekali terjadi di negeri ini. Mulai menjadi Anggota Legislatif DPRD Kota/Kabupaten/Provinsi dan jabatan2 sekelas Walikota/Bupati/Gubernur sekalipun.
Tradisi pencalonan seseorang tanpa melihat kompetensi, kematangan, pengalaman, pengetahuan, kapabiltas dan wawasan yang mencukupi, justru akan merugikan proses demokrasi di negeri ini. Sistem Demokrasi kita nantinya bisa menjadi "Demokrasi Dinasti" yang makin memperkuat peluang kerabat pejabat untuk menjabat Jabatan Publik tanpa lagi memperhatikan dan memprioritaskan persaingan sehat dengan berkompetisi melalui adu visi, misi, strategi dan program kerja calon2 untuk kepentingan rakyat.
KOMPETISI POLITIK SEHAT
Pencalon anak2 Pejabat untuk menjadi Pejabat Publik sekelas Walikota, Bupati dan Gubernur, sekali lagi secara hukum tak ada yang dilanggar. Namun, secara etis politik, hal tersebut menunjukkan bangsa kita masih belum "competency minded", tapi "popularity minded" yang mendasarkan pilihan kepada keterkenalan seorang tokoh. Walhasil, model2 pencitraan melalui baliho, spanduk2 dan via media sangat marak terjadi saat ini.
Disisi lain, memperlihatkan program dan sistem kaderisasi Partai Politik tak berjalan sebagaimana mestinya, dimana idealnya Parpol diharapkan menjadi "kawah candradimuka" yang bisa melahirkan calon2 Pemimpin Bangsa yang Berintegritas, Profesional, Berwawasan dan memiliki visi, misi dan program kerja yang bisa meningkatkan kesejahtaraan bangsa dan negara.
Kita berharap, Program kaderisasi Parpol berjalan dengan baik dan "on the track" serta bisa banyak menarik minat kaum milenial untuk masuk menjadi anggota Parpol, karena mereka akan melihat Parpol sebagai sarana untuk menjadi calon2 Pemimpin Bangsa yang handal dan berkualitas.
Adalah hak siapapun untuk mencalonkan atau dicalonkan menjadi Pejabat Publik. Namun, harus juga diiringi dengan peningkatan pendidikan, kesadaran politik dan kesejahteraan rakyat, agar mereka bisa memilih calon pemimpin yang benar2 tepat, sesuai keinginan dan aspirasi serta memberikan dampak positif terhadap kepentingan rakyat.
"Ketika Anda menjadi pemimpin, Anda tidak diberi mahkota, Anda diberi tanggung jawab untuk mengeluarkan yang terbaik dalam diri orang lain." - Jack Welch
Bekasi, 17 Juni 2023
Komentar
Posting Komentar