MONOLOG BUTET & KOMPETISI POLITIK SEHAT Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Sosial-Politik, Hukum & Ketenagakerjaan)
Butet Kartaredjasa yang terkenal sebagai Budayawan Nasional, tentu banyak orang yang mengamini. Beliau sudah lama malang-melintang di dunia kebudayaan sebagai Penyair, Seniman, Aktor, Penulis, Pembawa Acara dan segudang bidang senin lainnya. Darah seni mengalir deras dari almarhum Bagong Kussudiardjo yang terkenal sebagai Penari, Pelukis, Aktor dan Koreografer produktif di eranya.
Sayangnya, Butet membuat kegaduhan yang justru menurunkan citra dirinya dimata masyarakat yang selama ini sangat menghormati dan mengapresiasi karya2 besar beliau selama ini. Bak kata pepatah "akibat setitik nila, rusak susu sebelanga". Kalimat2 yang dibuat bak syair indah versi beliau dalam sebuah agenda politik di stadion GBK baru2 ini, telah membuat banyak pihak tersinggung. Beberapa kalimat dalam syair monolog Butet telah menyindir dan menyinggung perasaan tokoh lain secara puitis namun terkesan vulgar tanpa data dan fakta.
Tak ada yang salah dengan sebuah puisi yang berisikan kritik ataupun ungkapan atas situasi kondisi faktual di masyarakat yang butuh perhatian untuk perbaikan kedepan. Namun, penggunaan kata2 dalam kalimat puisi yang sangat insinuatif dan langsung menohok kredibilitas seorang atau dua orang tokoh yang sedang mencalonkan diri menjadi Capres 2024, justru sebuah tragedi seni yang merusak dan memperalat kesenian untuk sebuah kepentingan dan kebencian politik yang merugikan penegakkan sistem demokrasi.
KOMPETISI POLITIK SEHAT
Berpolitik adalah aktifitas sistematis, terstruktur dan masif untuk meraih simpati masyarakat guna meraih kekuasaan. Namun, berpolitik yang kurang ber-etika bahkan kurang beradab dengan membuat stigma buruk terhadap lawan politik, bukanlah sebuah contoh politik praktis yang sehat dan edukatif.
Politik adalah persaingan memasarkan dan mensosialisasikan program kerja, visi dan misi terbaik, agar mendapat tempat dihati publik. Politik adalah urusan logika dan akal sehat dalam mengajukan gagasan dan ide2 segar yang mencerahkan masyarakat untuk memajukan bangsa dan mensejahterakan rakyat. Politik adalah juga sarana mendidik publik untuk berkompetisi sehat, waras, mandiri dan ber-etika, untuk tujuan luhur berkuasa yang nantinya mengabdi dan menjalankan amanah yang sudah dititipkan rakyat.
Namun sungguh sangat disayangkan, beberapa kalimat syair Butet, entah itu asli ide dan hasil pemikiran Butet atau mungkin juga "pesanan politik", terkesan menjatuhkan citra lawan politik. Sindiran vulgar dalam sebuah puisi atau syair, sah dan wajar ditulis oleh seorang Penyair. Namun, sindiran tanpa dasar dan argumentasi akal sehat yang justru membuah kegaduhan yang telah dibuat oleh Penyair sekelas Butet, telah merusak kompetisi politik sehat menuju 2024.
Butet dengan monolognya, terkesan memprovokasi, melawan akal sehat dan etika di masyarakat. Seharusnya seorang Tokoh dan Seniman sekelas Butet, memberikan warisan nilai2 luhur dan mulia kepada generasi2 muda Indonesia untuk selalu menjunjung tinggi nilai2 Pancasila yang berketuhanan, Berperikemanusiaan dan tanpa merugikan bahkan merusak citra tokoh lain, demi Indonesia yang lebih bermoral dimasa depan.
Mari kita kedepankan kompetisi politik yang sehat, waras, ber-etika dansaling tidak menjatuhkan lawan politik, namun mampu mengajukan ide2 dan gagasan2 hebat yang mendidik generasi muda untuk bisa berkontribusi positif demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara di masa depan.
Para elite politik, tokoh2 seniman dan budayawan dan tokoh2 bangsa agar meninggalkan warisan etika, moralitas dan keadaban yang luhur kepada generasi2 muda penerus cita2 bangsa, sebelum mereka masing2 kembali "pulang" keharibaan Tuhan.
Hidup hanya sekali. Berbuatlah yang terbaik. Berikan kontribusi positif untuk kemajuan negeri. Bersainglah tanpa mengedepankan aura kebencian dan merusak citra kompetitor politik.
"Beberapa orang mengubah partai mereka demi prinsip mereka; yang lain, mengubah prinsip mereka demi partai mereka." - Winston Churchill.
Bekasi, 27 Juni 2023
Komentar
Posting Komentar