Pilih “Employee Satisfaction” atau “Employee Engagement”? Oleh: Yosminaldi, SH. MM - Ketua FK-HR EJIP - Praktisi Senior HRD - yosminaldi@ejip.co.id
Employee engagement menjadi isu yang menarik
dalam pembahasan mengenai perilaku organisasi dalam beberapa tahun terakhir.
Daya tarik ini timbul karena employee engagement berpengaruh pada kinerja
perusahaan secara keseluruhan dan merupakan kunci keberhasilan dan
profitabilitas organisasi. Engagement pada karyawan akan muncul ketika karyawan
memiliki semangat kerja yang tinggi. Ketika kondisi lingkungan dipersepsikan
positif baik secara fisik maupun sosial maka karyawan akan mengalami perasaan
sejahtera yang membangkitkan semangat kerja, ia akan bekerja dengan penuh
antusias untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih baik. Dengan kata lain,
semangat kerja merupakan aspek yang harus muncul terlebih dahulu pada diri
karyawan sebelum karyawan merasa engaged. Semangat kerja yang dimiliki oleh
setiap karyawan merupakan sikap mental yang mampu memberikan dorongan bagi
seseorang untuk dapat bekerja lebih giat, cepat, dan baik. Semangat kerja
karyawan yang tinggi akan berpengaruh terhadap efisiensi kerja dan efektivitas
kerja.
Jika kita bedakan antara employee
satisfaction dengan employee engagement, kurang lebih dapat kita gambarkan
sebagai berikut : Employee satisfaction hanya mendorong karyawan to doing my job, tapi employee
engagement mendorong karyawan to doing my
job above and beyond (melakukan pekerjaan secara luar biasa). Employee
satisfaction hanya mendorong seorang karyawan untuk memikirkan kesuksesan
dirinya sendiri, sedangkan employee engagement akan mendorong setiap karyawan
untuk menciptakan kesuksesan dirinya dan perusahaan tempatnya bekerja. Sehingga
employee satisfaction hanya mendorong komitmen pribadi, sedangkan employee
engagement mendorong komitmen bersama.
Inilah makna keterikatan
karyawan dengan perusahaan, yakni adanya komitmen bersama antara perusahaan
dengan karyawan. Employee engagement juga dapat berarti bagaimana mendorong
potensi karyawan kepada performance yang tinggi (high performance) yang
menghasilkan setiap orang untuk memberikan kontribusi terbaik yang bisa mereka
berikan. Keterikatan karyawan berarti juga menangkap tidak hanya apa yang
karyawan pikirkan, tetapi juga apa yang karyawan rasakan, inilah yang dapat
menghasilkan “discretionary
effort” atau kontribusi terbaik
semaksimal mungkin yang merupakan “senjata rahasia” untuk menuju hasil bisnis
yang luar biasa spektakuler.
Tapi akan selalu ada harapan
dimana para pemimpin-pemimpin bisnis mulai memperhatikan hal ini. Mereka semua
setuju bahwa karyawan yang tidak memiliki rasa keterikatan dengan perusahaan,
merupakan salah satu ancaman terbesar dalam bisnis mereka. Jadi bagaimana
caranya meningkatkan rasa keterikatan karyawan dengan perusahaan? Tidak lain
adalah dengan meningkatkan rasa percaya
kepada manajemen bahwa mereka memiliki kompetensi yang baik untuk memimpin
dan kompetensi yang baik dalam bidang yang mereka pimpin. Pemimpin juga harus memiliki integritas yang baik, dan
terakhir memiliki rasa kepedulian yang
tinggi kepada karyawan. 3 cara inilah para pemimpin yang baik membangun
kepercayaan terhadap mereka.
Para karyawan yang terikat
lebih banyak fokus pada tujuan dan nilai dari sebuah pekerjaan, jadi bukan lagi
kepada apa yang harus saya kerjakan tetapi mengapa saya mengerjakan suatu
pekerjaan dan ini dapat menghasilkan kemampuan yang meningkat dibandingkan apa
yang dilakukan oleh para pesaing perusahaan. Level rasa keterikatan karyawan
dengan perusahaan akan semakin meningkat dengan karyawan dimana karyawan
tersebut memiliki rasa kebanggaan yang besar terhadap kontribusi yang diberikan
oleh perusahaan kepada masyarakat, komunitas dan dunia.
Karyawan yang terikat juga
mampu mendorong “virtual
workforce” dan
rata-rata mereka menggunakan teknologi yang keren. Mereka juga mampu mendorong kreativitas. Karyawan yang terikat
mampu mendorong adanya pemberdayaan dan inovasi bukan hanya sekedar prosedur
dan kebijakan. Jadi sebaiknya mulai sekarang, Jika kita kelak menjadi pemimpin
perusahaan, perhatikanlah karyawan yang menggerakkan usaha kita, siapa yang
menjadi biasa-biasa saja, dan siapa saja yang bisa merusak perusahaan kita.
Komentar
Posting Komentar