MENCARI CAPRES-CAWAPRES TERBAIK UNTUK INDONESIA ADIL, MAKMUR, SEJAHTERA Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Demokrasi, Politik & Hukum)
"Bahasa politik dirancang untuk membuat kebohongan terdengar jujur dan pembunuhan menjadi dihormati."- George Orwell
Pemilu dan Pilpres 2024 akan dilakukan serentak pada 14 Februari 2024 mendatang. Semua persiapan dan proses menjelang hari pencoblosan telah dilakukan secara matang oleh dua lembaga penyelenggara: KPU dan Bawaslu.
Kasak-kusuk dan dinamika menjelang Pemilu dan Pilpres 2024 terus bergulir dan menjadi berita menarik setiap hari. Rakyat disuguhi beragam aktivitas Caleg, Capres dan Cawapres melalui semua media massa dan media sosial. Triliunan rupiah uang beredar untuk segala bentuk pencitraan oleh kaum politisi demi menggapai impian meraih jabatan dan kekuasaan.
Magnet jabatan dan kekuasaan sangat kuat menarik hasrat dasar naluri kemanusiaan kaum pemburu kuasa ini. Sistem politik dengan 18 Parpol dan 9916 Caleg plus 6 Capres-Cawapres berebut tahta megah meraih kuasa.
Perburuan dilakukan dengan segala cara. Tak peduli etika dilanggar, yang penting sesuai aturan. Aturan standar yang menjadi pedoman dalam perilaku dan tindakan, dijadikan sandaran untuk mengangkangi etika. Bukan malah sebaliknya, etika berada diatas aturan dan hukum.
Rakyat cuma bisa menjadi pemirsa kegaduhan politik yang makin menggila. Demokrasi selalu dijadikan bancakkan bagi kaum pemburu kuasa.
Demokrasi memang memberi ruang terbuka untuk meraih simpati melalui pemungutan suara. Namun, rakyat tak lebih dibutuhkan disaat jadwal pencoblosan dan pencitraan dua muka disaat turba. Janji2 kampanye berserakan tanpa makna. Urusan bukti, urusan kemudian. Gonjang-ganjing "menjual diri" via pencitraan lapangan penuh kosmetika diumbar dengan penuh gaya.
Lalu, bagaimana mencermati, menilai dan mengambil keputusan untuk mendapatkan Caleg, Capres & Cawapres terbaik untuk kemajuan dan kemaslahatan bangsa?
Salah memilih mereka, negeri ini akan memikul derita untuk 5 tahun kedepan. Pilihan salah tak bisa dirubah. Tantangan bangsa ini kedepan, memberikan pencerahan dan pendidikan politik rasional, objektif dan faktual, agar rakyat tak memilih calon Pemimpin karena terpesona hasil pencitraan.
Pencitraan penuh polesan palsu akan membuat masa depan pilu. Kita butuh calon Pemimpin asli yang memiliki rekam jejak prestasi dan peduli terhadap masa depan negeri.
Pemimpin harus berhati nurani. Pemimpin harus punya integritas dan berani tegas. Pemimpin harus fokus untuk memajukan dan mensejahterakan seisi anak negeri.
Kompetensi harus menjadi visi di era kompetisi yang makin memarjinalkan kaum rendah edukasi. Tak pelak lagi, sumber daya manusia harus menjadi fokus utama dan landasan utama meraih cita2.
PELAJARI WATAK, OTAK & REKAM JEJAK
Durasi kampanye resmi sekitar 2,5 bulan alias 10 minggu, sungguh tak cukup untuk menilai Caleg, Capres dan Cawapres secara komprehensif. Hampir setiap penampilan publik mereka penuh dengan lagak-gaya rekayasa, agar terlihat penuh kharisma.
Pencitraan penuh daya upaya dilakukan dengan segala cara, agar publik terpesona. Dalam politik, tentu saja ini sebuah hal lumrah. Beda tampil dan gaya diatas "panggung" dengan fakta di lapangan sudah menjadi nuansa dinamika politik. Skenario taktis beserta program2 janji surga diumbar untuk meraih simpati. Tak peduli isi dan buktinya nanti apakah bisa dieksekusi. Yang penting, berikan janji2 setinggi langit, bahkan terkesan tak logis.
Bagi rakyat pemilih berpendidikan rendah dan ekonomi lemah yang masih berkutat hari2 mereka untuk sesuap nasi, urusan politik tak lagi mereka pedulikan. Pada titik ini, mereka rawan menjadi bancakkan politik. Tipuan pencitraan tanpa isi dan pendanaan bernuansa korupsi akan menjadi bagian utama menjelang hari pencoblosan.
Di negeri berpenduduk mayoritas rendah dan berkesejahteraan mayoritas lemah, indoktrinasi janji2 di awan dan penyuapan uang menjadi sebuah kewajaran. Sudah saatnya pencerahan untuk menjadikan rekam jejak, kinerja dan prestasi Caleg, Capres dan Cawapres sebagai pedoman utama sebelum memutuskan pilihan di hari pencoblosan.
Silakan lakukan polesan pencitraan dengan beragam cara dan upaya, namun cukup itu hanya sebagai pelengkap tambahan, bukan acuan utama.
Mari kita cerdaskan rakyat pemilih! Terlena dengan pola pencitraan pragmatis yang penuh sandiwara, akan bisa menutup rekam jejak penuh duka dan tak akan berguna.
Satu lagi, Pemilu dan Pilpres bermakna dan bernilai tinggi adalah Pemilu dan Pilpres yang jujur, adil, langsung, terbuka dan dinamis. Kecurangan dalam proses Pemilu dan Pilpres, akan membohongi dan mengkhianati aspirasi dan suara rakyat! Vox Populi Vox Dei - Suara Rakyat adalah Suara Tuhan. Kawal Pemilu dan Pilpres 2024 BERSIH untuk INDONESIA MAJU, JAYA, ADIL & SEJAHTERA MENUJU 2045!
Bekasi, 20 Desember 2023.
Komentar
Posting Komentar