SDM UNGGUL – INDONESIA MAJU: IMPIAN ATAU KENYATAAN? Oleh: Yosminaldi, SH. MM (Mahasiswa Doktoral MSDM Univ. Negeri Jakarta) Ketua Umum ASPHRI & FK-HR EJIP & Praktisi Senior HRD
Era
Revolusi Industri 4.0 sebentar lagi sudah usang. Sejumlah negara besar yang
dimotori Jepang, sudah memasuki dan mengimplementasikan era lanjutan yang lebih
canggih: Revolusi Industri 5.0. Serial ini akan tetap berlanjut secara
konsisten dan tanpa bisa dibendung. Disaat kita “terjebak” dalam idiom konservatif
– tradisional, negara2 lain berlomba-lomba bak Moto GP yang tak henti-hentinya
mengeksplorasi dan ekspansi kecanggihan teknologi menuju masa depan nan nyaman,
praktis, efisien dan berorientasi beneficial.
Sumber
daya manusia pada suatu bangsa memiliki konstribusi yang sangat besar terhadap
kemajuan bangsa tersebut. Sebuah bangsa yang maju ternyata adalah bangsa yang
didukung oleh sumber daya yang berkualitas, dan dapat melahirkan berbagai
kreatifitas untuk mendukung pengembangan bangsanya.
Indikator
dalam menentukan kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari rata-rata
tingkat pendidikan anggota masyarakatnya dan juga kualitas pendidikannya. Saat
ini kualitas sumber daya manusia Indonesia sangat jauh tertinggal di belakang,
jika kita bandingkan dengan perkembangan negara-negara dunia, bahkan dengan
negara tetangga sekalipun.
Menurut
indeks pengembangan sumber daya manusia, Indonesia berada di bawah peringkat
negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam,
Philipina, bahkan dengan negara Vietnam yang baru saja bangkit dari
keterpurukannya.
Dalam
ketertinggalan kualitas sumber daya manusia kita sekarang ini, kita juga
dihadapkan untuk harus berjuang keras menghadapi persaingan global yang sudah
mulai intens. Kalau kita tidak mampu bersaing maka akan tersingkir dengan
sendirinya.
Pendidikan
nasional di Indonesia yang diselenggarakan melalui jalur formal, non-formal dan
informal menjadi harapan untuk peningkatan sumber daya manusia. Dengan demikian
kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan mampu menjawab tantangan era
globalisasi.
Dari
sejumlah fakta positif atas modal besar yang dimiliki bangsa Indonesia, jumlah
penduduk yang besar menjadi modal yang paling penting karena kemajuan dan
kemunduran suatu bangsa sangat bergantung pada faktor manusianya (SDM).
Masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya juga dapat diselesaikan
dengan SDM.
Namun,
untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan menghadapi berbagai persaingan
peradaban yang tinggi untuk menjadi Indonesia yang lebih maju diperlukan
revitalisasi dan penguatan karakter SDM yang kuat. Salah satu aspek yang dapat
dilakukan untuk mempersiapkan karakter SDM yang kuat adalah melalui pendidikan.
Aspek pendidikan & moralitas
Pendidikan
merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi
individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri,
bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak mulia baik dilihat
dari aspek jasmani maupun rohani. Manusia yang berakhlak mulia, yang memiliki
moralitas tinggi sangat dituntut untuk dibentuk atau dibangun.
Bangsa
Indonesia tidak hanya sekedar memancarkan kemilau pentingnya pendidikan,
melainkan bagaimana bangsa Indonesia mampu merealisasikan konsep pendidikan
dengan cara pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan SDM Indonesia secara
berkelanjutan dan merata.
Dalam
persaingan organisasi atau perusahaan harus memiliki sumber daya yang tangguh.
Sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan tidak dapat dilihat
sebagai bagian yang berdiri sendiri, tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan
yang tangguh membentuk suatu sinergi.
Dalam
hal ini peran sumber daya manusia sangat menentukan. Sumber Daya Manusia (SDM)
yang awalnya merupakan terjemahan dari kata “human resources”, namun ada pula
ahli yang menyamakan sumber daya manusia dengan “manpower” (tenagakerja).
Bahkan sebagian orang menyetarakan pengertian sumber daya manusia dengan
personal (personalia, kepegawaian, dan sebagainya).
Sumber
daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan,
keinginan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio, rasa,
dan karsa). Semua potensi SDM tersebut berpengaruh terhadap organisasi dalam
mecapai tujuan. Betapun majunya teknologi, perkembangan informasi, tersedianya
modal dan memadainya bahan, jika tanpa SDM sulit bagi organisasi itu untuk
mencapai tujuannya.
Sumber
daya manusia dapat diartikan pegawai yang siap, mampu, dan siaga dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi serta mampu menciptakan nilai-nilai komparatif,
generatif, inovatif dengan menggunakan: intelligence, creativity, dan
imagination tidak lagi semata-mata menggunakan energi kasar, seperti bahan
mentah, lahan, air, tenaga otot, dan sebagainya.
Unsur-unsur
(variables) sumber daya manusia meliputi kemampuan-kemampuan (capabilities),
sikap (attitudes), nilai-nilai (value), kebutuhan-kebutuhan (needs), dan
karakteristik-karakteristik demografisnya (penduduk). Unsur-unsur sumber daya
manusia tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, seperti
norma-norma, dan nilai-nilai masyarakat, tingkat pendidikan dan peluang-peluang
yang tersedia.
SDM aset utama bangsa
SDM
merupakan aset paling penting untuk membangun bangsa yang lebih baik dan maju.
Namun untuk mencapai itu, SDM yang kita miliki harus berkarakter. SDM yang
berkarakter kuat dicirikan oleh kapasitas mental yang berbeda dengan orang lain
seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, keberanian, ketegasan, ketegaran,
kekuatan dalam memegang prinsip, dan sifat-sifat unik lainnya yang melekat
dalam dirinya.
Dengan
sumber daya manusia yang baik, kreatif, inovatif, memiliki kecerdasan yang
tinggi, maka negara Indonesia dapat bersaing di dunia internasional. Apalagi
dalam era globalisasi yang akan terjadi adalah persaingan global, pasar global
dibutuhkan keunggulan tiap individu, terlebih ditunjang dengan keberagamaan
yang tinggi juga.
Bisa
dikatakan adanya keseimbangan antara keduniaan dan akhirat, materi dengan immateri
baik misteri, mistis, rasional dan irasional, yang demikian itu untuk
mengantisipasi apabila terjadi keguncangan atau kebimbangan kepercayaan dengan
diri sendiri akibat dari segala apa yang datang dari dunia luar.
Seperti
dikatakan diatas, bahwa kualitas SDM merupakan kunci dari keseluruhan ikhtiar
manusia di segala bidang, termasuk untuk menghadapi persaingan bisnis global
linternasional. Kualitas SDM Indonesia saat ini, kalau dilihat secara kasus per
kasus mungkin kita dapat mengatakan bahwa kualitas SDM Indonesia kini cukup
bersaing di kancah internasional di beberapa bidang tertentu. Artinya SDM kita
tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain, dan hasil karyanyapun dapat diandalkan.
Bukti untuk hal ini saya kira dapat dengan mudah ditemui.
Akan
tetapi, secara keseluruhan harus diakui bahwa kualitas dan kemampuan SDM Indonesia
relatif masih rendah. Rendahnya kualitas dan kemampuan SDM Indonesia itu
tercermin dari rendahnya produktivitas kerja, baik tingkatannya maupun
pertumbuhannya.
Meskipun
tidak terlalu mengecewakan, jelas hal ini memerlukan usaha-usaha peningkatan
kualitas SDM kita secara terus menerus. Maksudnya agar kita bisa mensejajarkan
diri dengan bangsa-bangsa lain yang lebih tinggi taraf kualitas SDMnya, dan
mampu berbicara lebih nyaring dipercaturan internasional. lni perlu karena
keadaan dunia yang akan kita hadapi kelak akan sangat kompetitif.
Untuk
keperluan usaha-usaha peningkatan kualitas SDM, barangkali kita perlu berfikir
lebih spesifik kepada apa dan bagaimana negara-negara lain melakukannya. Selain
Jepang, kita seringkaii mendengar bagaimana Korea, Hongkong, Taiwan dan
Singapura melaksanakan pembangunan ekonominya dan mendapatkan sebutan sebagai
NIC'S.
Kesemua
negara tersebut meletakkan tumpuan pada kualitas SDMnya. Sekedar illustrasi,
Korea mempunyai jumlah tertinggi PhD per kapita di dunia, menurut Jacquiline Y.
Pak dari IL Hae Institute. Kelompok Daewoo saja memperkerjakan 1000 PhD pada
tahun 1990.
Erat
kaitannya dengan kualitas SDM, adalah menyangkut masalah relevansi pendidikan,
yang dari waktu ke waktu selalu menjadi tantangan, walau terus menerus dilakukan
usaha-usaha perbaikannya.
Dalam
pada itu, salah satu masalah pendidikan yang berhubungan dengan relevansi
adalah adanya ketidak sesuaian antara kebutuhan masyarakat dan keluaran
pendidikan, yaitu adanya kecenderungan bahwa isi program pendidikan dinilai
cenderung berorientasi pada penguasaan prestasi akademik untuk memasuki pada
jenjang yang lebih tinggi dan belum menata arah untuk secara lentur bergerak
cepat sejalan dengan tuntutan dunia kerja yang secara terus menerus berubah
serta kehidupan di masyarakat. Akibat lanjut dari pada keadaan diatas,
terlebih-lebih jika tidak ada perubahan, adalah terjadinya akumulasi
pengangguran tenaga terdidik.
Dari
uraian diatas, kiranya jelas bahwa kondisi kualitas SDM kita kini cukup serius,
terlebih-lebih lagi jika dibandingkan dengan keadaan SDM di negara-negara lain
disekitar kita. Jadi masih banyak usaha-usaha yang perlu kita lakukan terus
dalam pengembangan kualitas SDM ini. Semoga dengan jargon “SDM Unggul –
Indonesia Maju”, bisa lebih mempercepat peningkatan kualitas dan kompetensi SDM
Indonesia sesuai dengan harapan yang diinginkan bersama. Kita tidak saja dibawa
kedalam mimpi, tapi jargon-jargon tersebut harus diwujudkan menjadi sebuah
kenyataan yang paripurna.
Komentar
Posting Komentar