MENCARI PEMIMPIN BERKUALITAS Oleh Yosminaldi, SH. MM (Ketua FK-HR EJIP & Praktisi Senior HRD)

-

 

“Semua orang mungkin tahan terhadap keadaan sulit, tetapi jika anda ingin menguji karakter seseorang, berilah dia kekuasaan” (Abraham Lincoln – Mantan Presiden AS).

           Kepemimpinan, baik itu pemimpin diri, tim, organisasi maupun komunitas, adalah tentang “siapa” daripada “apa” yang dia lakukan. Kemampuan mengembangkan kualitas kepemimpinan yang efektif dan esensi apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin, lebih penting untuk kesuksesan sebagai seorang Eksekutif di Perusahaan.

            Salah satu prinsip dasar pengembangan pribadi adalah, “Apapun yang anda pikirkan terus-menerus akan tumbuh dan berkembang didalam pengalaman dan kepribadian anda”. Menjadi semakin efektif dari hari ke hari dengan berfikir dan bertindak atas dasar kualitas, adalah kunci dari pemimpin yang efektif secara konsisten.

 Filosof besar Marcus Aurelius mengatakan, “Galilah kedalam, didalam ada sumber kebaikan dan selamanya akan mengalir, jika selamanya kamu mau menggalinya.”

Disisi lain, St. Thomas bertitah, “Apa yang anda hasilkan dan berasal dari dalam/batin, akan menyelamatkan anda. Apa yang anda hasilkan bukan berasal dari dalam/batin, akan membinasakan anda.”

 Ada 3 (tiga) kelompok kualitas yang dibutuhkan seorang pemimpin: Karakter, Sikap dan Visi.

            Karakter, memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupan pribadi atau karir seseorang, terutama para pemimpin. Dengan mengedepankan karakter, seorang akan mendapatkan rasa hormat serta penghargaan dari semua orang.

            Disisi lain, seseorang bisa saja memiliki kecerdasan tinggi dan talenta hebat, namun jika tidak mengindahkan karakter, kemajuan akan jauh dan bisa jadi kehidupan akan semakin terpuruk. Tidak berlebihan jika Filosof hebat Aristoteles mengatakan, “Titik tertinggi dalam kehidupan adalah pengembangan karakter.” Demikian pula kata Alexander Solzhenitsyin, “Makna hidup bukan meraih kemakmuran, melainkan mengembangkan jiwa.” Pengembangan karakter adalah inti dari pengembangan pribadi, bukan saja sebagai pemimpin, melainkan juga sebagai manusia.”

            Karakter adalah harta terpenting. Seorang Profesional hebat sekelas G. Alan Bernard, Presiden dari Mid Park, Inc menyatakan, “Kehormatan yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah etika yang sempurna”.

            Sikap, adalah kepercayaan, perasaan dan kecenderungan berperilaku seseorang yang relatif tetap terhadap objek, peristiwa, kelompok, isu/masalah atau orang lain. Sebuah organisasi atau perusahaan biasanya lebih menekankan sikap, daripada nilai akademik.

           J.W Marriot, Jr, mantan Presiden Marriot Corporation menyatakan, “Kami menemukan, bahwa kesuksesan kami tergantung pada sikap karyawan kami daripada faktor lain”. Hal senada diucapkan oleh Denis Waitley, “Keunggulan seorang pemenang tidak terdapat dalam bawaan sejak lahir, IQ tinggi atau bakat hebat. Keunggulan pemenang, semuanya ada didalam sikap (attitude)”. Para pakar memperkirakan, bahwa kesuksesan 80% sikap dan 20% bakat.

            Visi, adalah kemampuan untuk melihat, menciptakan dan menemukan apa yang belum ada. Visi adalah impian. Seorang pemimpin harus memiliki sebuah visi yang jelas dan meyakinkan, karena kepemimpinan adalah sebuah perjalanan. Para pemimpin yang menunjukkan kepemimpinan dengan visi yang kuat, memiliki tim yang berkinerja terbaik.

Pertanyaannya, apakah ketiga kelompok kualitas yang dibutuhkan seorang pemimpin sebagaimana dijelaskan diatas, sudah anda miliki?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT 20% MENGHINA AKAL SEHAT PUBLIK Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik Berkeadilan)

-
 Aturan Presidential Threshold (PT) alias ambang batas pencalonan Presiden dan Wakil Presiden 20% sebagaimana diatur Pasal 222 UU No 7 tahun 2017 sungguh sebuah ketentuan yang telah menginjak-injak dan mematikan aspirasi rakyat.  Negeri ini memiliki penduduk 270 jutaa jiwa, terbesar no 4 di dunia. Negeri ini negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan USA. Negeri ini baru bangkit dari era diktator dan otoriter 32 tahun Soeharto berkuasa yang membelenggu kebebasan berpendapat dan menjadi sistem demokrasi sebagai topeng otoritarianisme orde baru.  Negeri ini sejak 1998 sudah memproklamirkan diri lepas dari segala belenggu otoriter, diktatorisme dan anti demokrasi. Artinya, kedaulatan rakyat sebagai kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara demokrasi harus benar2 menjadi landasan utama dalam sistem politik di Indonesia.  Lantas, kenapa untuk memilih calon Pemimpinnya, rakyat dibatasi dengan cuma segelintir pasangan Capres dan Cawapres? Rakyat dipaksa untuk...
Baca selengkapnya

MENTALITAS & BUDAYA PENEGAKKAN HUKUM BERKEADILAN Oleh: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Sospol, Hukum & Ketenagakerjaan)

-
 Jika Anda harus melanggar hukum, lakukanlah untuk merampas kekuasaan yang korup. Untuk kasus-kasus lain, pelajarilah dulu.” Anonim      Memasuki usia ke 80 Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 2025 mendatang, perkembangan dan kemajuan penegakkan hukum yang berkeadilan, berkepastian & berkemanfaatan masih belum sesuai dengan harapan masyarakat.       Satire penegakkan hukum yang sering terdengar, "tajam kebawah - tumpul keatas" sudah menjadi budaya penegakkan hukum di tanah air. Hukum masih menjadi milik orang2 berkuasa & kaum kaya (the haves). Hukum bahkan menjadi "alat" politik Penguasa demi kepentingan dinasti & nepotisme bahkan kriminalisasi terhadap orang2 yang mengkritik kekuasaan.      Dari sederet kasus2 hukum yang kontroversial dan5 menjadi diskursus di tengah-tengah masyarakat, kasus Vina, Harvey Moies dan Hasto Kristiyanto adalah contoh kasus hukum terkini yang mendapatkan banyak sorotan publik.    ...
Baca selengkapnya

DILEMMA KEKUASAAN EKSEKUTIF: POLITIK AKOMODATIF VS POLITIK OPOSISI Penulis: Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Politik, Demokrasi & Hukum)

-
 "Ketika segala sesuatunya tampak berlawanan dengan Anda, ingatlah, sebuah kapal terkadang harus berlayar melawan arus, bukan mengikuti arus" - Matshona Dhliwayo      Model, sistem dan disain politik di Indonesia saat ini masih mencari jatidiri yang sesuai dengan budaya dan aspirasi mayoritas rakyat.       Sejak tumbangnya era Orde Baru pada 1998 yang digantikan dengan era Reformasi yang berkonsep anti otoritarianisme dan diktatorisme, wujud asli sistem politik di negeri ini masih belum jelas.       Implementasi sistem Demokrasi belum berpedoman kepada nilai2 Pancasila sebagai dasar negara (ursprungnorm). Setiap Rezim memiliki penafsiran sendiri atas konsep Demokrasi sebagaimana diatur dalam UUD 1945 sesuai kepentingan dan tujuan kekuasaannya.      Kisruh politik selalu saja bergejolak setiap 5 (lima) tahun setelah hasil Pemilu dan Pilpres diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Argumentasi kecurangan terstru...
Baca selengkapnya